Kembali Hina Keturunan Nabi Muhammad, Saifuddin: Mereka Tidak Mau Hidup Damai dan Toleransi Jumat, 22/04/2022 | 10:15
Foto : Pendeta Saifuddin Ibrahim (Tangkapan layar)
JAKARTA - Kembali viral Pendeta Saifuddin Ibrahim hina keturunan Nabi Muhammad Saw dan umatnya tidak mau hidup damai dan toleransi.
Hal tersebut disampaikan Pendeta Saifuddin dalam video yang diunggahnya sendiri, dia memaksa soal penghapusan 300 ayat Quran dan menyebut umat Nabi Muhammad serta keturunannya tidak mau hidup damai dan toleransi.
Saifuddin Ibrahim yang Berstatus buron rupanya tak membuat jera untuk melakukan aksi penghinaan terhadap umat muslim. Dari beberapa videonya, dengan enteng dia menyebut Nabi Muhammad SAW dengan panggilan “Mamat”.
Saifuddin merasa aman di negeri orang, pendeta Saifuddin terus membuat konten YouTube yang isinya tak lepas dari menyinggung keyakinan umat muslim. Hingga saat ini, Saifuddin bersikukuh meminta pemerintah Indonesia menghapus 300 ayat suci Alquran yang dinilainya memicu radikalisme.
Pernyataan itu disampaikan melalui channel youtube Saifuddin Ibrahim yang diunggah pada Rabu 20 April 2022 kemaren, pria asal Bima ini membuat video berjudul ‘AlFi4anT4njung, 4nw4rbb4s MU1 Kok T3rs1nggung??? P4r4rh!’. Di video tersebut, Saifuddin tampak mendesak pemerintah Indonesia segera menghapus ‘ayat-ayat pemicu radikalisme’.
Menurutnya, ayat-ayat itu pula yang menjadikan umat muslim tak bisa hidup toleran dengan umat yang lain. “Cabut, cabut dong karena ayat-ayat ini memicu, sehingga orang-orang bang Mamat itu turunannya tidak mau hidup toleransi dan damai,” ujar Saifuddin Ibrahim.
Pendeta jebolan pondok Hajjah Nuriyah Shabran-Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) angkatan 1984 itu mengaku, saat dirinya mengusul penghapusan 300 ayat Alquran itu, berbagai lembaga keagamaan seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan sejumlah tokoh agama tidak memberi jawaban yang logis untuk mempertahankan ayat - ayat suci tersebut. “Jawaban mereka tidak sesuai dengan harapan saya tentang mencabut 300 ayat dari kitab Alquran,” lanjutnya.
Saifuddin juga mengaku heran kepada pihak - pihak yang marah kepadanya atas usulan tersebut. Dia mengatakan seharusnya pihak - pihak yang tersinggung memberi jawaban yang masuk akal, bukan justru menudingnya sebagai penista agama.
“Berikan jawaban yang logis dan benar, bukan ‘oh ini penistaan, ini penghinaan’, itu bukan jawaban,” ujar Pendeta Saifuddin.
“Ini masalah intinya kenapa saya minta dicabut, ketidakadilan mayoritas terhadap minoritas, dan ini dilakukan oleh pemimpin, oleh pejabat negara,” tambah Saifuddin.(MR)