JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau agar masyarakat waspada terhadap meningkatnya status Gunung Anak Krakatau (GAK) dari level II (waspada) menjadi level III (siaga). Meningkatnya status aktivitas Gunung Anak Krakatau berpotensi memicu gelombang laut tinggi atau tsunami.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, bahwa aktivitas Gunung Anak Krakatau sebelumnya pernah menimbulkan tsunami. Oleh sebab itu, pihaknya bersama PVMBG, Badan Geologi Kementerian ESDM, hingga BPBD setempat terus memonitor kondisi gelombang air laut di sekitar Gunung Anak Krakatau.
"Dengan meningkatnya aktivitas Gunung Anak Krakatau dari level II menjadi level III, maka masyarakat diminta untuk waspada terhadap potensi tsunami di malam hari," kata dia dalam konferensi pers, melansir CNBCIndonesia.com, Selasa (26/04/2022)
Dia pun menjelaskan bahwa kewaspadaan itu diperlukan mengingat di malam hari petugas kesulitan untuk dapat melihat aktivitas Gunung Anak Krakatau secara visual terkait gelombang tinggi yang mendekati pantai. Berbeda jika kondisinya di siang hari.
Meski begitu, Dwikorita meminta masyarakat agar tetap tenang dan tidak terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab. Ia menghimbau supaya masyarakat mendapat informasi yang bersumber dari PVMBG-Badan Geologi dan BMKG, serta BPBD setempat.
Sebelumnya, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menghimbau supaya masyarakat tetap berhati-hati atas naiknya status Gunung Anak Krakatau. Pasalnya, terdapat bahaya potensi longsor yang timbul dari erupsi Gunung Anak Krakatau
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan mengatakan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait status naiknya Anak Gunung Krakatau dari level waspada menjadi siaga.
"Kami Badan Geologi terus berkoordinasi dengan BMKG karena terdapat bahaya dari erupsi Gunung Anak Krakatau yaitu bahaya longsor," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, pada Senin 25 April
Namun demikian, mengingat kondisi tubuh Gunung Anak Krakatau saat ini masih terbilang cukup kecil, maka potensi longsor gunung berapi ini diharapkan tidak begitu besar. Oleh sebab itu, ke depan Badan Geologi akan terus melakukan sejumlah evaluasi mengenai potensi bahaya dari longsor tersebut.
Ia pun membeberkan bahwa sejak Minggu 24 April kemarin, Anak Gunung Krakatau tengah dalam periode erupsi. Bahkan dalam tiga hari terakhir ini, tinggi kolom abu akibat erupsi teramati kurang lebih mencapai 3.000 meter.
Selain erupsi, tingkat emisi gas rumah kaca di Gunung Anak Krakatau juga mengalami peningkatan. Dimana pada 15 April emisi GRK yang dikeluarkan oleh gunung berapi ini adalah sebesar 68 ton CO2 per hari, sementara pada 17 April 181 ton CO2 per hari, dan terakhir pada 23 April melonjak drastis menjadi 9000 ton CO2 per hari. (MR)
(Sm/Bn24/CNBC)
Komentar Anda :